Tugas Makalah



UNIVERSITAS
NEGERI GORONTALO
FAKULTAS
SASTRA DAN BUDAYA
JURUSAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur patut kita panjatkan ke-hadapan Tuhan Yang
Maha Esa karena hanya dengan izin dan kuasa-nya lah kita dapat menyelesaikan
makalah sederhana ini tentang. Makalah
ini kami susun untuk membantu kami dalam proses pembelajaran.
Pada umumnya, makalah ini terdiri dari 3 bab. Bab 1
membahas tentang pendahuluan yang berisi latar belakang dan tujuan pembuatan
makalah tentang materi yang dibahas. Bab 2 membahas tentang isi. Bab 3 membahas
tentang penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran. Oleh karena itu,
makalah yang sederhana ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua.
Demikian, makalah ini penulis buat dengan harapan dapat
menjadi acuan untuk proses belajar-mengajar dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.
Gorontalo, April
2013
Penulis
Kelompok 10
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR
ISI................................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang....................................................................................... 1
1.2 Permasalahan.......................................................................................... 1
1.3 Tujuan.................................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN
2.1
Mediasi Status, peranan, dan institusi sosial, dalam proses
Krativitas............................................................................................... 3
2.1.1 Polarisasi status peranan, dan implikasinya
terhadap
struktur intrinsik...................................................................... 4
2.1.2 Institusi sosial dan
implikasinya terhadap struktur
Ekstrinsik................................................................................ 6
BAB
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................ 8
3.2 Saran-saran............................................................................................. 8
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Kenyataan bahwa manusia selalu
berhubungan dengan sesamanya merupakan realita sosial yang tidak bisa
dipungkiri lagi. Dalam berbagai kondisi apapun manusia selalu behadapan dengan
manusia yang lainya dengan latar belakang kebudayaan yang beranekaragam. Dalam
realitas inilah manusia dihadapkan dengan berbagai masalah sosial yang perlu
dihadapi dengan bijaksana.
Karya sastra sebagai salah satu
media untuk mengungkapkan setiap emosi dari setiap individu dalam masyarakat
tak jarang digunakan. Bagi sorang individu yang mencintai sastra sangatlah
tepat bila realitas sosial yang dialaminya diangkat dan titawarkan kepada
seluruh masyarakat melalui karya sastra. Seorang individu bebas untuk
berekspresi menentukan sikapnya melalui karya sastra dan masyarakatlah yang
menilai menurut tataran aturan norma yang berlaku dalam masyarakat itu sendiri.
Pemahaman
tentang sastra dalam kaitannya dengan kermasyarakatn sangatlah penting sebab
dengan hal ini sesorang dapat mengetahui dengan jelas bagaimana hubungan
keduanya yakni sastra dan kehidupan sioal.
1.2. Permasalahan
Adapun
beberapa permasalahan umum yang diangkat dalam penulisan makalah ini antara
lain yaitu:
1.
Bagaimana cara memahami mediasi status,
peranan, dan institusi sosial, dalam proses krativitas?
2.
Bagaimana cara memahami polarisasi
status peranan, dan implikasinya terhadap struktur intrinsik?
3.
Bagaimna cara menambah institusi sosial
dan implikasinya terhadap struktur ekstrinsik?
1.3. Tujuan
Adapun
beberapa tujuan umum penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut :
4.
Menambah wawasan tentang mediasi
status, peranan, dan institusi sosial, dalam proses krativitas
5.
Menambah wawasan tentang polarisasi
status peranan, dan implikasinya terhadap struktur intrinsik.
Menambah wawasan institusi sosial dan
implikasinya terhadap struktur ekstrinsik
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Mediasi Status, peranan, dan
institusi sosial, dalam proses krativitas
Mediator-mediator adalah
komponen ketiga yang berfungsi untuk
menjelaskan hubungan dua komponen yang terlibat, sehingga makna dan keberadannya
dapat dirasakan adanya. Dalam proses penelitian, fungsi mediator berubah-ubah
tergantung pada variabel-variabel yang dioperasikan dalam proses indentifikasi.
Kualitas dan kuantitas mediator yang ditonjolkan dengan sendirinya juga dengan
berhubungan erat dengan tipe-tipe penelitian, keragaman dan kedalaman
objek-objek yang ditampilakan. Sebagai komplementer, fungsi mediator tidak
mesti dianggap sebagai inferior. Sebaliknya, dalam dimensi-dimensi mediasi
terkandung hubungan-hubungan yang sesungguhnya, antar hubungan dialiktis antara
struktur formal dengan struktur konkret, yang justru merupakan
petunjuk-petunjuk utama untuk menentukan signifikasi karya sastra.
Sejumlah
mediator yang terlibat dalam hubungan karya sastra dengan masyarakat, seperti
kritikus dan penikmat, status dan peranan, an aparatus sosial, jelas memegang
peranan yang sangat penting. Komponen-komponen tersebut bukanlah partisipasi
literal pasif yang hanya dilengkapi dengan minat dan emosi, tetapi merupakan
entitasapresiatif yang memadai, yang sanggup menjangkau, bahkan menjangkau
akumulasi unsur-unsur karya yang terkandung di dalamnya. Demikian juga mediasi-mediasi
yang dilakukan oleh aparatur struktur sosial, secara langsung berfungsi sebagai
transformator, dari kehidupan biasa sehari-hari ke kehidupan literer.
Mediator
juga berfungsi untuk mengembangkan prosedur pervasifitas penyebaran, baik fisik
maupun idiologis. Secara historis dan gradual, parton, kritikus, dan penerbit
yang memainkan an yang sangat penting, sehingga hasil seni tidak hanya
dinikmati oleh komunitas yang bersangkutan, tetapi jauh melampaui batas-batas
ruang dan waktu. Dengan adanya distribusi melalui komunikasi teknologi, mediasi-mediasi
menjadi sangat rumit dan kompleks, bahkan sering menempatkan karya sastra
sebagai subordinasi kebutuhan-kebutuhan sosial ekonomi.
Mediasi-mediasi
yang dilakukan oleh kritikus dan para ahli seni pada umumnya, dengan sendirinya
didasarkan atas kapasitas medium bahasa, baik dalam mempertahankan orosinalitas
bentuk dari generasi ke generasi, maupun kapasitas medium bahasa dalam
menerjemah kannya ke dalam bahasa yang lain. mekanismen hubungan ini secara keseluruhan
berada di luar tanggung jawab penulis sebagai subjek kreator. Proses kratif
bagi subjek kreator anya terjadi satu kali, sedangkan mediator menciptakan
kembali karya sastra dalam bentuk apresiasi baru dalam jumlah yang tidak
terbatas. Karena itulah Hauser (1985:486) menyebutkan bahwa kreator hanya
menciptakan bentuk, hanya sebagai inisiator, sedangkan para mediator
menciptakan legendanya. Popularitas karya, termasuk supra karya, yang
diakibatkan oleh kapasitas subjek kreator belaka, tetpai jiga kapasitas
mediator. Perkembangan seni sejarah sastra sesungguhnya, tidak terkandung dalam perubahan objek, tetpai
dalam perkembangan sikap, dalam mekanisme dan polarisasi status dan peranan.
2.1.1 Polarisasi Statys
Peranan, dan Implikasinya terhadap Struktur
Intrinsik
Secara
sosiologis, seluruh kehidupan manusia, didasari atau tidak, pada dasarnya
ditujukan kepada orang lain. hanya dalam jumlah yang terbatas,
tindakan-tindakan manusia ditujukan kepada diri sendiri, tindakan yang
dikategorikan sebagai motif-motif libidinal, seperti mimpi atau
tindakan-tindakan seseorang yang berada dalam keadaan sakit jiwa. Sebaliknya,
tindakan-tindakan yang ditunjukan kepada orang lain disebut tindakan yang
berarti, aksi yang signifikan, sebab, tindakan-tindakan tersebut secara
keseluruhan dimanfaatkan dalam hubungan sosial tertentu, yang bermanfaat bagi
orang lain, sekaligus bagi subjek yang bertindak (“self”). Dalam kompisisi
aksi-aksi yang bermakan seperti ini, tidak dimungkinkan terciptanya
dimensi-dimensi yang kosong. Setiap ruang dapat didefinisikan dan dengan
sendirinya dapat diisi oleh sebab dan akibat interaksi yang lain.
Kualitas
dan kuantitas hubungan sosial jelas dihasilakan melalui orientasi subjek secara
terus-menerus terhadap gejala-gejala disekitarnya. Subjek yang berada dalam
keadaan terlibat berusaha menerjemahkan eksistensinya terhadap orang-orang
lain, dengan tujuan agar orang lain memahami kehadirannya. Sebjek akhirnya
dikenal melalui nama, status, jenis kelamin, agama, dan berbagai indentitas
lainnya. Sebaliknya, subjek juga memberikan definisi-definisi terhadap orang
lain, sehingga di dalam dirinya terbentuk suatu peta pemahaman, yang makin lama
makin luas dan beragam. Dikaitkan dengan penjelasan Mead (baca Polama,
1987-261), sistem antarhubungan sebagian besar terjadi sebagai akaibat
interaksi “Aku”, bukan “Saya”, sebab, hanya dalam “Aku”individu terlibat secara
total, yaitu dengan menggunakan mekanisme peranan-peranan sosial, melalui
eksistensi “Aku” individu masik ke dalam sisitem pertandingan, bukan permainan,
sebab, hanya dalam “Aku” individu hadir dalam dan melalui persfektif orang
lain, bukan dirinya sendiri.
Keterlibatan
indentitas “Aku” sebagai keterlibatan sosial sesungguhnya memiliki kaitan yang
erat dengan indentitas bahasa sebagai parole dan langue. Langue dan ciri
aspek-aspek kemasyarakatannya, ciri pemakaian bersama, seperti telah disebutkan
diatas, mengandaikan bahwa bahasa dimanfaatkan secara sosial, meskipun dihasilkan
secara individual. Hanya langue yang memberikan kehidupan yang sesungguhnya
terhadap bahasa sebagai medium bukan parole. Dengan cara yang sama, hanya “Aku”
yang memberikan nafas kehidupan terhadap “Self”, sehingga kehidupan individu
selalu dipertimbangkan dalam interaksi sosial.
Identifikasi
terhadap aksi-aksi sosial sebagai tipe, bukan generalisasi atau
analogi-analogi, mengandaikan bahawa aksi sosial dipahami sebagai gejala yang
dinamis, ciri-cirinya sama sekali tergantung dari mekanisme antar hubungan
peran. Manifestasi interaksi beserta keluaran-keluarannya bikanlah tipologi
tertentu yang sudah berlaku umum, melainkan hanya dalam definisi yang sedang
terjadi. Dengan cara yang saa, idetifikasi terhadap tokoh dan kejadian karya
adalah identifikasi dalam proses membaca, dalam wacana dan teks, bukan dalam
cerita. Tokoh dan penokohan, latar dan kejadian, dan berbagai pesan dan amanat
dalam karya sastra tidak dipahami sebagai manusia tertentu, melaikan sebagai
gambaran sikap, sebagai spesies (Swingewood, 1972:193). Dalam penelusuran
jaringan fakta-fakta kultural, khususnya yang terkandung tradisi dan konvensi
sastra, kapasitas individual hanya menyediakan jumlah informasi yang sangat
terbatas.
Seperti
juga bahasa, Albercht (1970:5) memandang karya sastra sebagai cara komunikasi
antarperson, aparatus interaksi sosial, yang keberadaannya mesti dinilai
melalui sistem antarhubungan peranan. Struktur sosial, dan bahkan masyarakat
itu sendiri, sesungguhnya dibentuk melalui jaringan status peranan yang tak terhitung
jumlahnya. Strukturasi peranan-peranan sosial dengan demikian merupakan
mekanisme yang sangat penting dalam integrasi masyarakat. Meskipun demikian,
karya sastra dengan masyarakat, melalui mekanisme sisitem formalnya, melalui
kapasitas regulasinya mempu untuk menunjukkan eksistensinya masing-masing.
Karya sastra dan masyarakat, sebagai kualitas isomorfis (berada pada hubungnan
yang sepadan misalnya: hubungan antara episode cerita dan urutan paragraf dalam
wacana tuturan), gejala dengan ciri otonominya masing-masing, mesti dipandang
sebagai diskret yang saling melengkapi.
2.1.2 Institusi Sosial
dan Implikasinya terhadap Struktur Ekstrinsik
Disamping
aksi dan reaksi, status dan peranan, mediasi dan cadangan pengetahuan, dan
produsen dan konsumen informasi, aparatus sosial yang sangat penting dalam
aktifitas sasatra dan institusi. Sebagai salah satu aparatus sosial, institusi
justru menduduki struktur kategori yang paling tinggi dan paling luas, sebab,
institusi mensubordinasikan dan sekaligus mengorganisasikan hampir seluruh
aparatus sosial yang lain. dengan cadangan pengetahuan yang terutama tersimpan
dalam bahasa, unit –unit tindakan ditipifikasikan kedalam struktur peranan.
Dengan cara yang sama, peranan ditipifikasikan kedalam institusi, kedalam pola-pola
prilaku yang bermakna.
Ciri-ciri
institusional sastra sangat jelas apabila dikaitkan dengan kecendrungan manusia
untuk bertindak pragmatis dan efisien dalam mencapai suatu tujuan. Cara-cara
yang paling mudah yang dapat dilakukan adalah dengan pembiasaan-pembiasaan,
dengan melakukan aktifitas secara berulang-ulang, sehingga tanpa disadari
tujuan-tujan yang dimaksudkan dapat dicapai. Dalam bentuknya yang paling
elementer karya seni juga dicapai dengan cara-cara seperti diatas. Berbagai
interaksi sosial dalam kehidupan sehari-hari melibatkan dimensi-dimensi
pemahaman yang terarahkan pada prilaku yang dianggap dapat memberikan
kepuasan-kepuasan kebutuhan minimal. Berbagai kebiasaan dilakukan bukan utuk
memebrikan kepuasan jasmani belaka, tetapi juga rohani. Rohani adalah
aspek-aspek yang mengutamakan unsur-unsur estetis, yang diperoleh melalui
mediasi warna, bunyi, knfigurasi, rasa, situasi dan kondisi, dimensi ruang dan
waktu dan sebagainya. Secara khas karya sastra memanfaatkan mediasi-mediasi
estetis melalui medium bahasa.
BAB
III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Mediator-mediator adalah komponen ketiga yang berfungsi untuk menjelaskan
hubungan dua komponen yang terlibat, sehingga makna dan eksistensinya dapat
dirasakan adanya. Mediator juga berfungsi untuk mengembangkan prosedur
pervasifitas penyebaran, baik fisik maupun idiologis.
Kualitas dan kuantitas hubungan sosial
jelas dihasilakan melalui orientasi subjek secara terus-menerus terhadap
gejala-gejala disekitarnya. Kemudian aksi dan reaksi, status dan peranan,
mediasi dan cadangan pengetahuan, dan produsen dan konsumen informasi, aparatus
sosial yang sangat penting dalam aktifitas sasatra dan institusi.
3.2 Saran-saran
Makalah ini belumlah sempurna tanpa
kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Oleh karena itu harapan dari
penulis adalah kritikkan yang dapat membantu penulis untuk memperbaiki konsep
dan penjelasan penulis agar labih baik dan lebih sempurna lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
Ratna,
Nyoman Kutha. 2003.Paradikma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka
pelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar