Kamis, 26 September 2013

makalah sosiologi sastra

Tugas Makalah

Sosiologi Sastra
Mediasi Status, Peranan, dan
Institusi Sosial, dalam Proses Kreativitas

Oleh 
Ni Kadek Widiasih
Kelas: IV A
Nim: 311411065


UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
2013

KATA PENGANTAR

            Puji syukur patut kita panjatkan ke-hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena hanya dengan izin dan kuasa-nya lah kita dapat menyelesaikan makalah sederhana ini tentang. Makalah ini kami susun untuk membantu kami dalam proses pembelajaran.
            Pada umumnya, makalah ini terdiri dari 3 bab. Bab 1 membahas tentang pendahuluan yang berisi latar belakang dan tujuan pembuatan makalah tentang materi yang dibahas. Bab 2 membahas tentang isi. Bab 3 membahas tentang penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran. Oleh karena itu, makalah yang sederhana ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua.
            Demikian, makalah ini penulis buat dengan harapan dapat menjadi acuan untuk proses belajar-mengajar dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.


Gorontalo, April 2013

Penulis
Kelompok 10








DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2  Permasalahan.......................................................................................... 1
1.3  Tujuan.................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Mediasi Status, peranan, dan institusi sosial, dalam proses
       Krativitas............................................................................................... 3
2.1.1 Polarisasi status peranan, dan implikasinya terhadap
         struktur intrinsik...................................................................... 4
2.1.2 Institusi sosial dan implikasinya terhadap struktur
         Ekstrinsik................................................................................ 6

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................ 8
3.2 Saran-saran............................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang
          Kenyataan bahwa manusia selalu berhubungan dengan sesamanya merupakan realita sosial yang tidak bisa dipungkiri lagi. Dalam berbagai kondisi apapun manusia selalu behadapan dengan manusia yang lainya dengan latar belakang kebudayaan yang beranekaragam. Dalam realitas inilah manusia dihadapkan dengan berbagai masalah sosial yang perlu dihadapi dengan bijaksana.
            Karya sastra sebagai salah satu media untuk mengungkapkan setiap emosi dari setiap individu dalam masyarakat tak jarang digunakan. Bagi sorang individu yang mencintai sastra sangatlah tepat bila realitas sosial yang dialaminya diangkat dan titawarkan kepada seluruh masyarakat melalui karya sastra. Seorang individu bebas untuk berekspresi menentukan sikapnya melalui karya sastra dan masyarakatlah yang menilai menurut tataran aturan norma yang berlaku dalam masyarakat itu sendiri.
    Pemahaman tentang sastra dalam kaitannya dengan kermasyarakatn sangatlah penting sebab dengan hal ini sesorang dapat mengetahui dengan jelas bagaimana hubungan keduanya yakni sastra dan kehidupan sioal.

1.2. Permasalahan
Adapun beberapa permasalahan umum yang diangkat dalam penulisan makalah ini antara lain yaitu:
1.      Bagaimana cara memahami mediasi status, peranan, dan institusi sosial, dalam proses krativitas?
2.      Bagaimana cara memahami polarisasi status peranan, dan implikasinya terhadap struktur intrinsik?
3.      Bagaimna cara menambah institusi sosial dan implikasinya terhadap struktur ekstrinsik?

1.3. Tujuan
Adapun beberapa tujuan umum penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut :
4.      Menambah wawasan tentang mediasi status, peranan, dan institusi sosial, dalam proses krativitas
5.      Menambah wawasan tentang polarisasi status peranan, dan implikasinya terhadap struktur intrinsik.
Menambah wawasan institusi sosial dan implikasinya terhadap struktur ekstrinsik

 
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Mediasi Status, peranan, dan institusi sosial, dalam proses krativitas
            Mediator-mediator adalah komponen  ketiga yang berfungsi untuk menjelaskan hubungan dua komponen yang terlibat, sehingga makna dan keberadannya dapat dirasakan adanya. Dalam proses penelitian, fungsi mediator berubah-ubah tergantung pada variabel-variabel yang dioperasikan dalam proses indentifikasi. Kualitas dan kuantitas mediator yang ditonjolkan dengan sendirinya juga dengan berhubungan erat dengan tipe-tipe penelitian, keragaman dan kedalaman objek-objek yang ditampilakan. Sebagai komplementer, fungsi mediator tidak mesti dianggap sebagai inferior. Sebaliknya, dalam dimensi-dimensi mediasi terkandung hubungan-hubungan yang sesungguhnya, antar hubungan dialiktis antara struktur formal dengan struktur konkret, yang justru merupakan petunjuk-petunjuk utama untuk menentukan signifikasi karya sastra.
Sejumlah mediator yang terlibat dalam hubungan karya sastra dengan masyarakat, seperti kritikus dan penikmat, status dan peranan, an aparatus sosial, jelas memegang peranan yang sangat penting. Komponen-komponen tersebut bukanlah partisipasi literal pasif yang hanya dilengkapi dengan minat dan emosi, tetapi merupakan entitasapresiatif yang memadai, yang sanggup menjangkau, bahkan menjangkau akumulasi unsur-unsur karya yang terkandung di dalamnya. Demikian juga mediasi-mediasi yang dilakukan oleh aparatur struktur sosial, secara langsung berfungsi sebagai transformator, dari kehidupan biasa sehari-hari ke kehidupan literer.
Mediator juga berfungsi untuk mengembangkan prosedur pervasifitas penyebaran, baik fisik maupun idiologis. Secara historis dan gradual, parton, kritikus, dan penerbit yang memainkan an yang sangat penting, sehingga hasil seni tidak hanya dinikmati oleh komunitas yang bersangkutan, tetapi jauh melampaui batas-batas ruang dan waktu. Dengan adanya distribusi melalui komunikasi teknologi, mediasi-mediasi menjadi sangat rumit dan kompleks, bahkan sering menempatkan karya sastra sebagai subordinasi kebutuhan-kebutuhan sosial ekonomi.
Mediasi-mediasi yang dilakukan oleh kritikus dan para ahli seni pada umumnya, dengan sendirinya didasarkan atas kapasitas medium bahasa, baik dalam mempertahankan orosinalitas bentuk dari generasi ke generasi, maupun kapasitas medium bahasa dalam menerjemah kannya ke dalam bahasa yang lain. mekanismen hubungan ini secara keseluruhan berada di luar tanggung jawab penulis sebagai subjek kreator. Proses kratif bagi subjek kreator anya terjadi satu kali, sedangkan mediator menciptakan kembali karya sastra dalam bentuk apresiasi baru dalam jumlah yang tidak terbatas. Karena itulah Hauser (1985:486) menyebutkan bahwa kreator hanya menciptakan bentuk, hanya sebagai inisiator, sedangkan para mediator menciptakan legendanya. Popularitas karya, termasuk supra karya, yang diakibatkan oleh kapasitas subjek kreator belaka, tetpai jiga kapasitas mediator. Perkembangan seni sejarah sastra sesungguhnya,  tidak terkandung dalam perubahan objek, tetpai dalam perkembangan sikap, dalam mekanisme dan polarisasi status dan peranan.

2.1.1 Polarisasi Statys Peranan, dan Implikasinya terhadap Struktur
         Intrinsik
Secara sosiologis, seluruh kehidupan manusia, didasari atau tidak, pada dasarnya ditujukan kepada orang lain. hanya dalam jumlah yang terbatas, tindakan-tindakan manusia ditujukan kepada diri sendiri, tindakan yang dikategorikan sebagai motif-motif libidinal, seperti mimpi atau tindakan-tindakan seseorang yang berada dalam keadaan sakit jiwa. Sebaliknya, tindakan-tindakan yang ditunjukan kepada orang lain disebut tindakan yang berarti, aksi yang signifikan, sebab, tindakan-tindakan tersebut secara keseluruhan dimanfaatkan dalam hubungan sosial tertentu, yang bermanfaat bagi orang lain, sekaligus bagi subjek yang bertindak (“self”). Dalam kompisisi aksi-aksi yang bermakan seperti ini, tidak dimungkinkan terciptanya dimensi-dimensi yang kosong. Setiap ruang dapat didefinisikan dan dengan sendirinya dapat diisi oleh sebab dan akibat interaksi yang lain.
Kualitas dan kuantitas hubungan sosial jelas dihasilakan melalui orientasi subjek secara terus-menerus terhadap gejala-gejala disekitarnya. Subjek yang berada dalam keadaan terlibat berusaha menerjemahkan eksistensinya terhadap orang-orang lain, dengan tujuan agar orang lain memahami kehadirannya. Sebjek akhirnya dikenal melalui nama, status, jenis kelamin, agama, dan berbagai indentitas lainnya. Sebaliknya, subjek juga memberikan definisi-definisi terhadap orang lain, sehingga di dalam dirinya terbentuk suatu peta pemahaman, yang makin lama makin luas dan beragam. Dikaitkan dengan penjelasan Mead (baca Polama, 1987-261), sistem antarhubungan sebagian besar terjadi sebagai akaibat interaksi “Aku”, bukan “Saya”, sebab, hanya dalam “Aku”individu terlibat secara total, yaitu dengan menggunakan mekanisme peranan-peranan sosial, melalui eksistensi “Aku” individu masik ke dalam sisitem pertandingan, bukan permainan, sebab, hanya dalam “Aku” individu hadir dalam dan melalui persfektif orang lain, bukan dirinya sendiri.
Keterlibatan indentitas “Aku” sebagai keterlibatan sosial sesungguhnya memiliki kaitan yang erat dengan indentitas bahasa sebagai parole dan langue. Langue dan ciri aspek-aspek kemasyarakatannya, ciri pemakaian bersama, seperti telah disebutkan diatas, mengandaikan bahwa bahasa dimanfaatkan secara sosial, meskipun dihasilkan secara individual. Hanya langue yang memberikan kehidupan yang sesungguhnya terhadap bahasa sebagai medium bukan parole. Dengan cara yang sama, hanya “Aku” yang memberikan nafas kehidupan terhadap “Self”, sehingga kehidupan individu selalu dipertimbangkan dalam interaksi sosial.
Identifikasi terhadap aksi-aksi sosial sebagai tipe, bukan generalisasi atau analogi-analogi, mengandaikan bahawa aksi sosial dipahami sebagai gejala yang dinamis, ciri-cirinya sama sekali tergantung dari mekanisme antar hubungan peran. Manifestasi interaksi beserta keluaran-keluarannya bikanlah tipologi tertentu yang sudah berlaku umum, melainkan hanya dalam definisi yang sedang terjadi. Dengan cara yang saa, idetifikasi terhadap tokoh dan kejadian karya adalah identifikasi dalam proses membaca, dalam wacana dan teks, bukan dalam cerita. Tokoh dan penokohan, latar dan kejadian, dan berbagai pesan dan amanat dalam karya sastra tidak dipahami sebagai manusia tertentu, melaikan sebagai gambaran sikap, sebagai spesies (Swingewood, 1972:193). Dalam penelusuran jaringan fakta-fakta kultural, khususnya yang terkandung tradisi dan konvensi sastra, kapasitas individual hanya menyediakan jumlah informasi yang sangat terbatas.
Seperti juga bahasa, Albercht (1970:5) memandang karya sastra sebagai cara komunikasi antarperson, aparatus interaksi sosial, yang keberadaannya mesti dinilai melalui sistem antarhubungan peranan. Struktur sosial, dan bahkan masyarakat itu sendiri, sesungguhnya dibentuk melalui jaringan status peranan yang tak terhitung jumlahnya. Strukturasi peranan-peranan sosial dengan demikian merupakan mekanisme yang sangat penting dalam integrasi masyarakat. Meskipun demikian, karya sastra dengan masyarakat, melalui mekanisme sisitem formalnya, melalui kapasitas regulasinya mempu untuk menunjukkan eksistensinya masing-masing. Karya sastra dan masyarakat, sebagai kualitas isomorfis (berada pada hubungnan yang sepadan misalnya: hubungan antara episode cerita dan urutan paragraf dalam wacana tuturan), gejala dengan ciri otonominya masing-masing, mesti dipandang sebagai diskret yang saling melengkapi.

2.1.2 Institusi Sosial dan Implikasinya terhadap Struktur Ekstrinsik

Disamping aksi dan reaksi, status dan peranan, mediasi dan cadangan pengetahuan, dan produsen dan konsumen informasi, aparatus sosial yang sangat penting dalam aktifitas sasatra dan institusi. Sebagai salah satu aparatus sosial, institusi justru menduduki struktur kategori yang paling tinggi dan paling luas, sebab, institusi mensubordinasikan dan sekaligus mengorganisasikan hampir seluruh aparatus sosial yang lain. dengan cadangan pengetahuan yang terutama tersimpan dalam bahasa, unit –unit tindakan ditipifikasikan kedalam struktur peranan. Dengan cara yang sama, peranan ditipifikasikan kedalam institusi, kedalam pola-pola prilaku yang bermakna.
Ciri-ciri institusional sastra sangat jelas apabila dikaitkan dengan kecendrungan manusia untuk bertindak pragmatis dan efisien dalam mencapai suatu tujuan. Cara-cara yang paling mudah yang dapat dilakukan adalah dengan pembiasaan-pembiasaan, dengan melakukan aktifitas secara berulang-ulang, sehingga tanpa disadari tujuan-tujan yang dimaksudkan dapat dicapai. Dalam bentuknya yang paling elementer karya seni juga dicapai dengan cara-cara seperti diatas. Berbagai interaksi sosial dalam kehidupan sehari-hari melibatkan dimensi-dimensi pemahaman yang terarahkan pada prilaku yang dianggap dapat memberikan kepuasan-kepuasan kebutuhan minimal. Berbagai kebiasaan dilakukan bukan utuk memebrikan kepuasan jasmani belaka, tetapi juga rohani. Rohani adalah aspek-aspek yang mengutamakan unsur-unsur estetis, yang diperoleh melalui mediasi warna, bunyi, knfigurasi, rasa, situasi dan kondisi, dimensi ruang dan waktu dan sebagainya. Secara khas karya sastra memanfaatkan mediasi-mediasi estetis melalui medium bahasa.

BAB III
PENUTUP

3.1 kesimpulan
          Mediator-mediator adalah komponen  ketiga yang berfungsi untuk menjelaskan hubungan dua komponen yang terlibat, sehingga makna dan eksistensinya dapat dirasakan adanya. Mediator juga berfungsi untuk mengembangkan prosedur pervasifitas penyebaran, baik fisik maupun idiologis.
          Kualitas dan kuantitas hubungan sosial jelas dihasilakan melalui orientasi subjek secara terus-menerus terhadap gejala-gejala disekitarnya. Kemudian aksi dan reaksi, status dan peranan, mediasi dan cadangan pengetahuan, dan produsen dan konsumen informasi, aparatus sosial yang sangat penting dalam aktifitas sasatra dan institusi.

3.2 Saran-saran
          Makalah ini belumlah sempurna tanpa kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Oleh karena itu harapan dari penulis adalah kritikkan yang dapat membantu penulis untuk memperbaiki konsep dan penjelasan penulis agar labih baik dan lebih sempurna lagi.


DAFTAR PUSTAKA
Ratna, Nyoman Kutha. 2003.Paradikma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka
              pelajar.



Title: makalah sosiologi sastra; Written by Ni kadek Widiasih; Rating: 5 dari 5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar