Tugas Makalah



UNIVERSITAS
NEGERI GORONTALO
FAKULTAS
SASTRA DAN BUDAYA
JURUSAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur patut kita panjatkan ke-hadapan Tuhan Yang
Maha Esa karena hanya dengan izin dan kuasa-nya lah kita dapa tmenyelesaikan
makalah sederhana init entang.Makalahini
kami susun untuk membantu kami dalam proses pembelajaran.
Pada umumnya, makalah ini terdiri dari 3 bab. Bab 1
membahas tentang pendahuluan yang berisi latar belakang da tujuan pembuatan
makalah tentang materi yang dibahas. Bab 2 membahas tentang isi. Bab 3 membahas
tentang penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran. Oleh karena itu,
makalah yang sederhana ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua.
Demikian, makalah ini penulis buat dengan harapan dapat
menjadi acuan untuk proses belajar-mengajar dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.
Gorontalo, Maret
2013
Penulis
Kelompok 1
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Psikolinguistik atau psikologi bahasa ialah
kajian faktor-faktor psikologi dan neurobiologi yang membolehkan manusia memperoleh,
menggunakan, dan memahami bahasa. Penglibatan-penglibatan singkat
dalam bidang ini pada mula-mulanya merupakan usaha-usaha falsafah, diakibatkan
sebahagian besarnya oleh kekurangan data-data yang padu tentang bagaimana otak
manusia berfungsi. Penyelidikan moden mempergunakan biologi, neurosains, sains kognitif, dan teori maklumat untuk mengkaji bagaimana otak memperoses bahasa. Adadnya beberapa
subdisiplin; umpamanya, teknik-teknik tak invasif untuk mengkaji pengerjaan
neurologi otak semakin digunakan, dengan neurolinguistik kini merupakan sebuah bidang baru pada dirinya.
Psikolinguistik
meliputi proses-proses kognitif yang membolehkan penjanaan ayat-ayat yang bertatabahasa dan bermakna dari segi perbendaharaan kata dan struktur tatabahasa, serta proses-proses yang membolehkan pemahaman pernyataan, perkataan,
teks, dan sebagainya. Psikolinguistik perkembangan mengkaji keupayaan bayi-bayi
dan kanak-kanak untuk membelajari bahasa, biasanya melalui kaedah-kaedah uji
kaji atau sekurang-kurangnya kaedah kuantitatif (dan bukannya pencerapan
naturalistik seperti yang dilakukan oleh Jean Piaget dalam penyelidikannya terhadap perkembangan kanak-kanak).
1.2 Permasalahan
a. Psikologi
b. Linguistik
c. Psikolinguistik
d. Subdisiplin
Psikolinguistik
e. Induk
Disiplin Psikolinguistik
f. Pokok
Bahasan Psikolinguistik
1.3 Tujuan
Tujuan dari mata kuliah ini adalah dapat menambah wawasan dan keterampilan mahasiswa tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan layanan bimbingan
memahami ilmu kejiwaan dan berbagai hal yang terkait di dalamnya. Dengan mempelajari secara cermat sesuai dengan petunjuk yang
ada
pada setiap modul serta dengan mengerjakan
semua tugas dan latihan
serta tes yang
diberikan, mahasiswa akan berhasil
dalam menguasai
tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Psikologi
Secara
etimologi kata psikologi berasal dari
bahasa Yunani Kuno psyche dan logos.
Kata psyche berarti “jiwa, roh, atau
sukma”, sedangkan kata logos berarti
“ilmu”. Jadi, psikologi, secara harfiah berarti “ilmu jiwa”, atau ilmu yang
objek kajiannya adalah jiwa. Dulu ketika psikologi masih berada atau merupakan
bagian dari ilmu filsafat, definisi bahwa psikologi adalah ilmu yang mengkaji
jiwa masih bisa dipertahankan. Dalam kepustakaan kita pada tahun lima puluhan
pun nama ilmu jiwa lazim digunakan
sebagai padanan kata psikologi.
Namun, kini istilah ilmu jiwa tidak digunakan lagi karena bidang ilmu ini
memang tidak meneliti jiwa atau roh atau sukma sehingga istilah itu kurang
tepat.
Dalam
perkembangannya, psikologi telah terbagi menjadi beberapa aliran sesuai dengan
paham filsafat yang dianut. Karena itulah dikenal adanya psikologi yang
mentalistik, yang behavioristik, dan yang kognitifistik.
Psikologi
yang mentalistik melahirkan aliran yang disebut psikologi kesadaran. Tujuan
utama psikologi kesadaran adalah mencoba mengkaji proses-proses akal manusia
dengan cara mengintrospeksi atau mengkaji diri. Oleh karena itu, psikologi
kesadaran lazim juga disebut psikologi introspeksionisme. Psikologi ini
merupakan suatu proses akal dengan cara melihat ke dalam diri sendiri setelah
suatu rangsangan terjadi.
Psikologi
yang behavioristik melahirkan aliran yang disebut psikologi perilaku. Tujuan
utama psikologi prilaku ini adalah mencoba mengkaji prilaku manusia yang berupa
reaksi apabila suatu rangsangan terjadi, dan selanjutnya bagainama mengawasi
dan mengontrol perilaku itu. Para pakar psikologi behavioristik ini tidak
berminat mengkaji proses-proses akal ini tidak dapat diamati atau diobservasi
secara langsung. Jadi, para pakar
psikologi perilaku ini tidak mengkaji ide-ide, pengertian, kemauan,
keinginan, maksud, pengharapan, dan segala mekanisme fisiologi. Yang dikaji
hanyalah peristiwa-peristiwa yang dapat diamati, yang nyatadan konkret, yaitu
kelakuan atau tingkah laku manusia.
Psikologi
yang kognitifistik dal lazim disebut psikologi kognitif mencoba mengkaji
proses-proses kognitif manusia secara ilmiah. Yang dimaksud proses kognitif
adalah proses-proses akal (pikiran, berpikir) manusia yang bertanggung jawab
mengatur pengalaman dan perilaku manusia. Hal utama yang dikaji oleh psikologi
kognitif adalah bagaimana cara manusia memperoleh, menafsirkan, mengatur,
menyimpan, mengelurkan, dan menggunakan pengetahuannya, termasuk perkembangan
dan penggunaan pengetahuannya, termasuk perkembangan dan penggunaan pengetahuan
bahasa. Perbedaanya dengan psikologi kesadaran (yang bersandar pada metalisme
tradisional) adalah bahwa menurut proses metabolisme proses-proses akal itu
berlangsung setelah terjadinya rangsangan. Sedangkan menurut psikologi kognitif
(yang merupakan metalisme modern) proses akal itu dapat terjadi karena adanya
kekuatan dari dalam, tanpa adanya rangsangan terlebih dahulu. Prilaku yang
muncul sebagai proses akal seperti ini disebut prilaku atau tindakan bertujuan
sebagai hasil kreativitas organisme manusia itu sendiri.
Psikologi
sangat berkaitan erat dengan kehidupan manusia dalam segala kegiatan yang
sangat luas. Oleh karena itu, mencullah berbagai cabang psikologi yang diberi
nama seseuai dengan penerapannya. Di antara cabang-cabang itu adalah psikologi
sosial, psikologi perkembangan (masa kanak-kanak), psikologi klinik, psikologi
komunikasi, dan psikilogi bahasa.
2.2 Linguistik
Secara umum linguistik lazim diartikan sebagai ilmu
bahasa atau ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Pakar
linguistik disebut linguis. Namun, perlu dicatat kata linguis dalam bahasa
inggris juga berarti “orang yang mahir menggunakan beberapa bahasa”, selain
bermakna “pakar linguistik”. Seorang linguis mempelajari bahasa bukan dengan
tujuan utama untuk mahir menggunakan bahasa itu, melainkan untuk mengetahui
secara mendalam mengenai kaidah-kaidah struktur bahasa, beserta dengan berbagai
aspek dan segi yang menyangkut bahasa itu. Andaikat si linguis ingin memahirkan
penggunaan bahasa itutentu juga tidak ada salahnya. Bahkan akan menjadi lebih
baik. Sebaliknya, seseorang yang mahir dan lancar dalam menggunakan beberapa
bahasa, belum tentu dia seorang linguis kalau dia tidak mendalami teori tentang
bahasa. Orang seperti ini lebih tepat disebut seorang poliglot “berbahasa
satu”.
Kalau
dikatakan bahwa linguistik itu adalah ilmi yang objek kajiannya adalah bahasa.
Sedangkan bahas itu sendiri merupakan fenomena yang hadir dalam segala
aktivitas kehidupan manusia, maka lingistik itu pu menjadi sangat luas bidang
kajiannya. Oleh karena itu, kita bisa lihat adanya berbagai cabang linguistik
yang dibuat berdasarkan berbagai kriteria atau pandangan. Secara umum
pembidangan linguistik itu adalah sebagai berikut.
Pertama, menurut objek kajiannya,
linguistik dapat dibagi menjadi dua cabang besar, yaitu linguistik mikro dan
linguistik makro. Objek kajian linguistik mikro adalah struktur internal bahasa
itu sendiri yang mencakup struktur fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon.
Sedangkan objek kajian linguistik makro adalah bahasa dalam hubungannya
dengan faktor-faktor di luar bahasa
seperti faktor sosiologis, psikologis, antropologi dan neurologi. Berkaitan
dengan faktor di luar bahasa itu muncullahbidang-bidang seperti
sosiolinguistik, psikolinguistik, neurolinguistik, dan entolinguistik. Di sini
linguistik dipandang sebagai disiplin utama, sedangkan ilmu-ilmu lai sebagai
disiplin bawahan.
Kedua, menurut tujuan kajiannya,
linguistik dapat dibedakan atas dua bidang besar yaitu linguistik teorites dan linguistik
terapan. Kajian teorites hanya ditunjukkan untuk mencari dan menemukan
teori-teori linguistik belaka. Hanya untuk membuat kaidah-kaidah linguistik
secara deskriptif. Sedangkan kajian yang ditunjukkan untuk menerapkan
kaidah-kaidah linguistik dalam kegiatan praktis, seperti dalam pengajaran
bahasa, penerjemahan, penyusunan kamus, dan sebagainya.
Ketiga,
adanya yang disebut linguistik sejarah dan sejarah linguistik. Yang pertama
linguistik sejarah, mengkaji perkembangan dan perubahan suatu bahasa atau
sejumlah bahasa, baik dengan perbandingan maupun tidak. Yang kedua sejarah
linguistik, mengkaji perkembangan ilmu linguistik, baik menenai tokoh-tokohnya,
aliran-aliran teorinya, maupun hasil kerjanya.
2.3 Psikolinguistik
Secara
etimologi telah disinggung bahwa kata psikolinguistik
terbentuk dari kata psikologi dan linguistik, yakni dua bidang ilmu yang
berbeda, yang masing-masing berdiri sendiri, dengan prosedur dan metode yang
berlainan. Namun, keduanya sama-sama meneliti bahasa sebagai objek formalnya.
Hanya objek materinya yang berbeda, linguistik mengkaji struktur bahasa,
sedangkan psikologi mengkaji prilaku kebahasaan atau proses berbahasa. Dengan
demikian cara dan tujuannya juga berbeda.
Meskipun
cara dan tujuannya berbeda, tetapi banyak juga bagian-bagian objeknya yang
dikaji dengan cara yang sama dan dengan tujuan yang sama, tetapi dengan teori
yang berlainan. Hasil kajian kedua disiplin ini pun banyak yang sama, meskipun
tidak sedikit yang berlainan. Oleh karena itulah, telah lama dirasakan perlu
adanya kerja sama di antara kedua disiplin ini untuk mengkaji bahasa dan
hakikat bahasa. Dengan kerja sama kedua disiplin itu diharapkan akan diperoleh
hasil kajian yang lebih baik dan lebih bermanfaat.
2.4 Subdisiplin Psikolinguistik
Disiplin
psikolinguistik telah menjadi bidang ilmu yang sangat luas dan kompleks.
Psikolinguistik telah berkembang pesat sehingga melahirkan beberapa subdisiplin
psikolinguistik. Di antara subdisiplin psikolinguistik itu adalah berikut:
a. Psikolinguistik Teorites
Subdisiplin
ini membahas teori-teori bahasa yang berkaitan dengan proses-proses mental
manusia dalam berbahasa, misalnya dalam rancangan fonetik, rancangan pilihan
kata, rancangan sintaksis, rancangan wacana, dan rancangan intonasi.
b. Psikolinguistik Perkembangan
Subsidi
ini berkaitan dengan proses pemerolehan bahasa, baik pemerolehan bahasa pertama
(BI) maupu pemerolehan bahasa kedua (B2). Subsidi ini mengkaji pemerolehan
fonologi, proses pemerolehan sematik, dan proses pemerolehan sintaksis secara
berjenjang, bertahap, dan terpadu.
c. Psikolinguistik Sosial
Subsidi
ini berkenaan dengan aspek-aspek sosial bahasa. Bagi suatu masyarakat-bahasa,
bahasa itu bukan hanya merupakan satu gejala dan identitassosial saja, tetapi
juga merupakan suatu ikatan batin dan nurani yang sukar ditinggalkan.
d. Psikolinguistik Pendidikan
Subsidi
ini mengkaji aspek-aspek pendidikan secara umum dalam pendidikan formal di
sekolah. Umpamanya peranan bahasa dalam pengajaran membaca, pengajaran
kemahiran membaca, dan kemampuan mengenai peningkatan kemapuan berbahasa dalam
proses memperbaiki kemampuannya menyampaikan pemikiran dan perasaan.
e. Psikolinguistik- Neurologi
Subdisiplin
ini mengkaji hubungan antara bahasa, berbahasa, dan otak manusia. Para pakar neurologi
telah berhasil menganalisis struktur biologis otak, serta memberi nama pada
bagian-bagian struktur otak itu.
f. Psikolinguistik Eksperimen
Subdisiplin
ini meliputi dan melakukan eksperimen dalam semua kegian bahasa dan berbahasa
pada satu pihak dan prilaku berbahasa dan akibat berbahasa pada pihak lain.
g. Psikolinguistik Terapan
Sudsiplin
ini berkaitan dengan penerapan dari temuan-temuan enam subdisiplin
psikolinguistik di atas ke dalam bidang-bidang tertentu yang memperlakukannya.
Yang termasuk subdisiplin ini ialah psikologi, linguistik, peraturan dan
pemahaman, pembelajaran bahasa, pengajaran membaca neurologi, psikiatri,
komunikasi, dan susastra.
2.5 Induk Disiplin Psikolinguistik
Karena nama
psikolinguistik merupakan penggabungan dari psikologi dan linguistik, maka
muncul pertanyaan : apa induk disiplin
itu? Linguistik atau psikoligi? Beberapa pakar berpendapat, psikolinguistik
berinduk pada psikologi karena istilah itu merupakan nama baru dari psikologi
bahasa yang telah dikenal beberapa waktu sebelumnya.
Namun, di Amerika Serikat pada umumnya, psikolinguistik
dianggapa sebagai cabang linguistik, meskipun Noam Chomskydan toloh linguistik
generatif transpormasi yang dikenal itu, cendrung menempatkan psikolinguistik
sebagai cabang psikologi. DI Prancis pada tahun enam puluhan, psikolinguistik
dikembangkan oleh pakar psikologi, sedangkan di Inggris, psikolinguistik
dikembangkan oleh pakar linguistik yang bekerja sama dengan beberapa pakar
psikologi dari Inggris dan Amerika Serikat. Di Rusia psikolinguistik telah dikembangkan
oleh pakar linguistik pada institut Linguistik Maskow. Sebaliknya, di Rumania
ada kecendrungan menempatkan psikolinguistik sebagai satu disiplin mandiri,
tetapi penerapannya lebih banyak diambil oleh linguistik.
Bagaimana
dengan di Indonesia? Tampaknya psikolinguistik dikembangkan di bidang
linguistik pada fakultas-fakultas pendidikan bahasa, dan belum pada program
nonkependidikan bahasa. Psikolinguistik dan dikembangkan dalam pendidikan
bahasa sudah seharusnya diserasikan dengan perkembangan linguistik dan
perkembangan psikologi. Untuk itu dituntut adanya penguasaan yang seimbang akan
teori-teori psikologi. Lalu, yang patut dikembangakan dalam pendidikan bahasa adalah
subdisiplin psikolinguistik perkembangan dan psikolinguistik pendidikan.
2.6 Pokok Bahasan Psikolinguistik
Dalam
kurikulum pendidikan Bahasa pada Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan mata
kuliah psikolinguistik dimasukkan kepadam kelompok mata kuliah proses
belajar-mengajar, dan bukan pada kelompok mata kuliah linguistik/kebahasaan.
Hal ini karena pokok bahasan dalam psikolinguistik itu erat kaitannya dengan kegiatan
proses belajar-mengajar bahasa itu.
Psikolinguistik
tidak terlepas dari kegiatan pembelajaran bahasa, maka untuk lebih memahami
bahasa dan belajar bahasa seseorang harus mempelajari ilmu psikolinguistik
seperti yang telah dijelaskan pada awal makalah ini bahwa penggabungan antara
ilmu bahasa dan ilmu jiwa terdapat pada psikolinguistik.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Psikolinguistik adalah ilmu yang menelaah tentang apa yang diperoleh
seseorang, jika mereka melaksanakan proses perolehan bahasa (language
acquisition); bagaimana mereka memperoleh bahasa (producing language and
speech); bagaimana mereka menggunakan bahasa dalam proses mengingat dari memahami
bahasa itu (comprehension and memory). Psikolinguistik berhubungan erat dengan
psikologi kognitif, yakni psikologi yang membahasa tentang pemaman dan
berfikir.
Psikolinguistik
mempelajari faktor-faktor psikologis dan neurobiologis yang memungkinkan manusia mendapatkan, menggunakan, dan memahami bahasa. Kajiannya semula lebih banyak bersifat filosofis, karena masih sedikitnya pemahaman tentang bagaimana otak manusia berfungsi. Oleh karena itu psikolinguistik
sangat erat kaitannya dengan psikologi kognitif. Penelitian modern menggunakan biologi, neurologi, ilmu kognitif, dan teori informasi untuk mempelajari cara otak memroses bahasa.
3.2 Saran-saran
Saran yang dapat kami berikan yaitu
agar teori atau pemahaman akan pembuatan makalah
yang baik dapat di terapkan pada penulisan dan menghasilkan pemahaman kepada para pembaca, atau suatu hasil karya
ilmiah yang nantinya bermanfaat bagi para pembaca, dan lebih mendalam pada
perkuliahan psikolinguistik ini.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2002. Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta.