Kenangan
Terakhir
Oleh: Geck Widi-Diyan
Hembusan angin menerpa
kelapa yang berdiri tegak, seolah tenang dan tegar namun sebenarnya rapuh
bagaikan kerupuk. Selalu menatap pada langit yang terasa semakin gelap tanpa
ada titik yang terang. Gadis yang baik, rajin dan suka menolong orang
lain. Hidupnya selalu menderita dan belum pernah merasakan kebahagian
yang sesungguhnya. Selalu hatinya durundung kesedihan yang tak pernah berakhir.
Hatinya selalu diselimutu awan tebal dan bagai petir yang berkecambuk.
Disebuah rumah hiduplah seorang gadis yang cantik jelita, yang
bernama Ayu. Ayu adalah merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya. Ayu hidup
bersama ibu dan dua saudara kandungnya yang bernama Lia dan Tina. Ayahnya telah
lama meninggal dunia. Mereka hidup dalam keluarga yang kurang harmonis. Ayu
sering diperlakukan tidak wajar oleh ibu dan saudara-saudaranya. Ditambah lagi
kondisi Ayu yang kurang sempurna karena kecelakaan yang menimpanya dua belas
tahun lalu mengakibatkan kakinya patah dan kecelakaan tersebut merenggut nyawa ayahnya.
Itulah sebabnya Ayu dibenci oleh ibu dan ke dua saudaranya karena dianggap anak
pembawa sial.
Setiap hari hidupnya tak mengenal canda tawa,
hanya penderitaan batin yang dirasakannya. Hampir setiap malam
ayu berbaring dalam kamar yang sempit, dalam heningnya malam dan air mata yang
setetes demi setetes trus membasahi pipinya. Hanya hal itu yang bias
dilakukannya untuk mengurangi beban dihatinya. Meski demikian, Ayu tidak pernah
menyesali hidupnya, ia selalu menyayangi dan menghormati ibu dan kedua saudaranya.
Apapun yang dilakukan oleh mereka Ayu tetap menerima semuanya dengan ikhlas.
Ayu sering merenung di taman rumah dan membayangkan sosok ayahnya.
“ Ya Tuhan sampai
kapan penderitaan ini akan berakhir, apakah ini takdirku? Seandainya ayah masih
hidup pasti semuanya tidak akan seperti ini. Ini semua salah Ayu. Ayah… Ayu
merindukan ayah”.
Ayu selalu berdoa dan menangis membayangkan
perlakuan ibu dan ke dua saudaranya. Tapi Ayu tidak pernah benci kepada mereka.
Ayu selalu menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang telah terjadi.
Suatu hari, ayu pergi kepasar untuk membeli
semua kebutuhan pokok keluarganya. Dengan ikhlas Ayu melakukan semuanya
sendirian karena ia selalu yakin bahwa suatu saat nanti ibu dan ke dua
saudaranya akan menerima Ayu dalam keluarga. Ketika pulang dari pasar Ayu
diganggu oleh preman-preman jalanan dan memaksanya untuk menyerahkan semua
uangnya. Ayu menolak dan berusaha lari dengan kaki yang pincang. Namun, Ayu
tidak melihat mobil yang melintas di depannya dan akhirnya Ayu kecelakaan
karena tidak biasa mengelak lagi. Untungnya ada seorang gadis yang melihat
kejadian tersebut yang langsung menolong dan membawa Ayu ke rumah sakit. Gadis
itu bernama Sari, kemudian Sari memberi kabar kepada keluarga Ayu. Ibunya datang dengan sikap yang tegang dan tanpa merasa cemas dengan keadaan
yang dialami Ayu.
Kemudian, ibunya dipanggil keruangan dokter
untuk diberi penjelasan bahwa Ayu mengalami luka yang cukup serius di kepalanya
dan harus menjalani operasi. Lalu ibunya terdiam dan berkata dalam hatinya.
“untuk apa aku merawat anak sialan itu, kenapa
tidak langsung mati saja. Anak itu selalu menyusahkan saja”.
Lalu dokter bertanya “Bu, apakah ibu setuju
bahwa pasien akan menjalani operasi? karena keadannya sudah sangat kritis”
Ibunya menjawab, “iya Dok, lakukan saja
operasinya segera”. Dengan perkataan yang keras dan terpaksa ia menyetujui
operasi untuk Ayu.
Sementara operasi Ayu berlangsung, ibunya
terlihat biasa saja dan tidak cemas sama sekali. Malah Sari yang panik dan
selalu berdoa untuk keberhasilan operasi Ayu. Setelah operasi selesai, dokter
kembali menyampaikan kepada ibunya bahwa setelah menjalani operasi Ayu harus
sering memeriksakan keadaanya setiap bulan apa bila tidak maka akibatnya akan
berdampak buruk untuk kondisi Ayu. Tetapi ibunya tidak perduli dengan nasehat
dokter.
Setelah Ayu merasa keadaanya sudah pulih, ia
pulang dari rumah sakit dan mengucapkan terima kasih banyak kepada Sari yang
mau merawat dan menjaganya saat dia terbaring lemah dirumah sakit. Ayu
bersahabat baik dengan Sari, mereka sering bersama dan saling menghibur satu
dengan yang lain, untuk saling memberi semangat. Ayu yang memiliki kepandaian
dalam melukis, ia selalu mencari uang dengan menjial lukisan kepada orang lain. Semua curahan isi hatinya dituangkan melalui karya yang dibuatnya.
Perasaan sedih, senang semua yang berkecambuk menjadi objeknya dalam
menggoreskan kuas diatas dasar kertas.
Begitu lama waktu yang telah dilewati ayu
bersama Sari, ia merasa sedikit terhibur dan tidak terlalu merasakan rasa
deritanya yang lalu. Ayu mempunyai sebuah lukisan yang di dalamnya bercerita
tetang keluarganya. Tapi lukisan itu sangat sulit ia selesaikan karena dalm
lukisan tersebet Ayu menggambarkan kebahagiaan sementara ibu dan ke dua
saudaranya tidak pernah tersenyum di depannya Ayu.
Setahun kemudian, hidupnya masih tetap seperti
itu saja, tidak ada yang berubah lebih baik. Saat Ayu masak di dapur, Lia
saudaranya berteriak memangil Ayu dengan kasarnya. Lia menuduh Ayu yang
mengambil perhiasan miliknya yang hilang.
“Pasti kamu kan
yang mengambil perhiasan aku?, ayo jawab. Kamu memang anak yang tidak tahu
diuntung. Dasar pembawa sial. Seharusnya kamu tidak lahir kedunia. Kerjaannya
nyusahin orang saja”.
Mendengar perkataan saudaranya itu Ayu
menangis dan merasa bahwa dirinya tidak pantas untuk dilahirkan ke dunia,
baginya ia hanya menyusahkan ornga saja. Kemudian Ayu merenung dan duduk di
taman ditemani sahabatnya Sari tetapi sukap Ayu sedikit berbeda, ia tidak mau
bicara meski Sari berusaha membujuknya namun itu tetap sia-sia.
Ayu
pulang kerumah dan seperti biasanya memasak untuk keluarganya, saat membawa
makan ke meja makan, tiba-tiba Ayu merasa pusing-pusing dan terjatuh di lantai.
Lalu Tina datang dengan sikap yang tidak baik menyiram Ayu dengan air bekas
mencuci piring. Ayu terkaget dan bangun.
“Ngapain kamu tidur disini?. Enak saja kamu tidur-tiduran ya. Sekarang cepat siapkan aku makanan. Aku sudah lapar kamu mengerti!“
Ayu tidak menjawab, yang biasa ia
lakukan hanya menangis dengan takdirnya. Ayu mengerjakan sumua permintaan
saudaranya dengan sisa tenaga yang dimilikinya. Ke esokan harinya, Ayu datang
kerumah sakit untuk memeriksakan keadaanya. Setelah menjalani tes maka
dikabarkan Ayu difonis mengidap penyakit kangker otak stadium akhir. Sari yang
ikut bersamanya merasakan kesedihan karena penderitaan Ayu yang tidak pernah
ada akhirnya.
“Ya... Tuhan apa salah dan dosaku begitu besarnya sehingga engkau berikan
aku ujian yang begitu beratnya. Tuhan jika ini memang takdirku, ambilah nyawaku
namun aku minta disisa hidupku izinkan aku berkumpul dengan semua keluargaku.
Bukakan lah pintu hati ibu, kak Lia dan kak Tina untuk menerima aku“.
Hari-hari yang Ayu lalui setelah
mengetahui kondisinya, ia lakukan untuk melakukan hal-hal yang berarti untuk
keluarganya. Ayu melanjutkan lukisan untuk keluarganya sebelum waktunya tiba.
Ia berpesan kepada Sari agar tidak memberitahukan kondisinya kepada ibunya
karena Ayu tidak mau merepotkan ibunya.
Ayu membuat sebuah rekaman sebelum ia
memutuskan untuk pergi dari rumahnya dan tinggal bersama sahabatnya Sari.
Isinya dipersembahkan untuk ibunda dan saudara-saudaranya yang tercinta.
“Ibu, kak Lia dan kak Tina, Ayu
pamit dari rumah. Ayu tidak mau merepotkan kalian lagi, sudah cukup
selama ini banyak kesalahan yang Ayu buat terutama kepada ibu. Sampai-sampai
ayah meninggal karena Ayu. Ayu berterima kasih banyak karena ibu sudah merawat
Ayu sampai sebesar ini. Seandainya Ayu bisa memutar waktu Ayu ingin tidak
dilahirkan kedunia ini. Tapi kita tidak bisa lari jalannya Tuhan. Ayu minta maaf
sama kalian semua atas kesalah yang sedauh Ayu buat”.
Selanjutnya Ayu dan Sari pergi dengan
tak lupa lukisannya yang belum selesai tersebut dia bawa kemanapun dia pergi.
Karena lukisan itu yang paling berarti buatnya. Sesampainya diterminal Bus, Ayu
mendadak jatuh pingsan dan mengalir darah dari hidungnya. Sari pun langsung
membawanya kerumah sakit terdekat. Kondisi Ayu semakin parah dan semakin
mendekati waktunya. Sari selalu berada disampungnya, dia berpikir kenapa
keluarganya tega membiarkan Ayu menghadapi semuanya sendirian.
Setelah ibunya mendengar rekaman dari
Ayu, ibunya tersadar dan mencari dimana keberadaan Ayu. Dengan ke dua
saudaranya Lia dan Tina berusaha menghubungi Sari, kemudian Sari memberi tahu
di mana Ayu berada.
Dengan kondisi Ayu yang sangat
memprihatinkan itu, Sari terus menangis disampingnya dan tidak lupa selalu
berdoa untuk kesembuhannya. Tapi tiba waktunya Tuhan memanggil Ayu, namun
sebelum hembusan nafas terakhirnya Ayu meminta maaf kepada Sari karena sudah
banyak merepotkannya selama ini. Ayu meninggalkan dunia dengan senyumannya.
Akhirnya ibu dan saudara-saudaranya
datang kerumah sakit dimana Ayu dirawat. Setibanya disana, mereka melihat Sari sedang menangis
memeluk tubuh Ayu yang sudah dingin dan kaku tidak ada lagi yang mengalir tiap saat. Tanpa terasa air
mata membasahi pipi ibu dan ke dua saudaranya, mereka berteriak menangis
histeris dan menyesali semua yang pernah dilakukan kepada Ayu, kini mereka sadar bahwa sebenarnya Ayu sangat
berarti bagi mereka. Ayu adalah orang yang paling sabar, tak
pernah membalas apa yang di ibu dan ke dua saudara kandungnya. Tingalah kenangan yang tersisa, karena Ayu meninggalkan mereka tanpa
sempat minta maaf terlebih dahulu kepada Ayu.
Dengan kejadian itu, mereka menyadari
bahwa jalan hidup yang kita lalui sudah diatur yang maha kuasa, kita tidak bisa
lari dari jalannya Tuhan. Kita hanya bisa menerima semua pemberian Tuhan. Dan kini tinggalah lukisan yang sempat dibuat Ayu sebagai kenangan untuk
orang yang dicintai.
The End
UMHHHHH
BalasHapusHALLO BOSS YUK DAFTARKAN SEGERA DI DOMINO206.COM JUDI ONLINE TEPERCAYA & AMAN 100% !
BalasHapusSANGAT MUDAH MERAIH KEMENANGAN TUNGGU APALAGI AYO BURUAN DAFTARKAN BOSS ^_^
UNTUK PIN BBM KAMI : 2BE3D683/WA(+855 8748 0626) SILAHKAN DIADD YA:-)
DOMINO206.COM MENYEDIAKAN 7 PERMAINAN BOSKU
- ADUR-Q
- DOMINO99
- BANDAR-Q
- POKER
- BANDAR POKER
- SAKONG
- CAPSA SUSUN
UNTUK BANK KAMI : BCA-BRI-BNI-DANAMON-MANDIRI
KAMI TUNGGU KEHADIRAN BOSS YA^^